Pertemuan ke-11
✨ "Meninggikan Kalimat Allaah" ✨
💎 Ustadz Tarzakariya Amir, Lc. حفظه الله تعالى
🗓 Hari: Jumat, 28 Juni 2024 / 21 Dzulhijjah 1445H
: Ika Dian Agustina (28 Juni 2024)
Hadist 8/9
_Dari Abu Musa Abdullah ibn Qais Al-Asy’ari ra, ia berkata: “Rasulullah saw, ditanya tentang sese- orang yang berperang demi menunjukkan keberaniannya, orang yang berperang demi gengsinya, dan orang yang berperang karena riya’, mana yang termasuk berperang pada jalan Allah?” .
Beliau bersabda: “Siapa berperang demi meninggikan kalimat Allah itulah yang disebut berperang pada jalan Allah.”
*Syarah hadist*
Dari sahabat yang mulia Abu Musa Abdullah ibn Qais Al-Asy’ari ra, ia berkata Rasulullah وسلم عليه هللا صلى pernah ditanya tentang orang yang berperang karena sajaa’ah (ingin dikatakan pemberani, berjiwa patriot, jagoan) dan Nabi juga ditanya tentang orang yang berperang karena Hamiyyah (membela golongan, nasab, fanatisme), kemudian Nabi jg ditanya tentang orang yang berperang karena riya, dari ketiga orang itu manakah yang berperang karena jihad fisabilillah? Kemudian nabi menjawab, barang siapa yang berperang tujuannya untuk meninggikan kalimat Allah untuk membela Allah dan Rasulnya maka dia berjihad dijalan Allah subhanhu wa ta’ala.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak menjawab pertanyaan itu satu persatu. Bahwa yg ingin dikatakan syajaah hukumnya ini, yg berperang karena fanatisme hukumnya ini, yg riya balasannya ini. Tidak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab dengan jawaban yg sarat akan faedah sehingga sahabat yg bertanya ini tidak lagi bertanya lagi.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: “Siapa berperang demi meninggikan kalimat Allah itulah yang disebut berperang pada jalan Allah.”
Karena Niat itu cakupannya luas maka Inilah barometernya. Yaitu berperang harus karena Allah, agar meninggikan kalimat Allah. Maka kapan seseorang berperang karena ingin mendapatkan Ghonimah, tawanan wanita, kedudukan dst, itu tidak disebut sebagai seseorang yg berjihad dijalan Allah.
*Biografi Abu Musa:*
Abu Musa Abdullah ibn Qais Al-Asy’ari ra, adalah sahabat yang mulia, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memujinya,
“Wahai Abu Musa, sungguh engkau telah dikaruniai suatu suara yang indah dari keluarga Daud.” (HR. At Tirmidzi dalam Sunannya V/693, menurut At Tirmidzi hadits ini hasan shahih).
Nama beliau Abdullah bin Qais, namun lebih dikenal dengan kunyah Abu Musa, ibunya wanita mekah Zabiah bintu Wahb yang wafat di Yatsrib (Madinah). Abu Musa seorang Laki Laki Arab yaman, tidak terlalu tinggi, kurus dan tidak terlalu lebat jenggotnya. Beliau meninggalkan Yaman karena mendengar tentang rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau pernah hijrah ke Habasyah, kemudian nabi berkata kepada sahabat, besok akan datang kepada kalian kaum yang lebih lembut dalam menerima islam daripada kalian, maka datanglah qabilah Abu Musa Al Asy’ari dan sahabat sahabat yang lain.
Rasa cinta dan kasih Rasulullah صلى الله عليه وسلمkepada Abu Musa, beliau tunjukkan saat mendoakannya ampunan dan masuk ke dalam surga
“Ya Allah, ampuni lah dosa Abdullah bin Qays (Abu Musa). Masukkanlah ia pada hari kiamat di tempat yang terpuji.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
As sya’bi mengatakan bahwa abu musa al asari adalah sahabat ahli fiqih diantara 6 sahabat yang lain (Umar ibn khatab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, zaid, Abu Musa al Asy’ari, Ubay bin Ka’ab)
Abu musa adalah satu sosok sahabat nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang begitu dekat dengan Al quran (membaca, menghafal dan mengamalkan). Pernah suatu malam rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendengar abu musa membaca al quran, dan rasulullah takjub mendengar suara abu musa, seperti seruling nabi daud (seperti nabi daud membaca kitab zabur dengan indah).
Demikianlah sebagaimana dijelaskan oleh syeikh Shalih Al utsaimin. Sahabat umar ibn khatab seringkali tatkala bertemu Abu Musa, beliau meminta untuk dilantunkan ayat suci al quran dengan berkata: “Buatlah kami rindu dengan Rabb kami wahai Abu Musa.” (Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatu al-Musytaqin, Hal: 400).
Barometer terbesar kita adalah Nabi muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam maka hendaknya kita harus rutin mengkhatamkan biografi beliau (sirah nabi), karena ketika membacanya akan menimbulkan rasa cinta
“Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya.”
*Jihad harus dengan pemerintah dan diizinkan oleh pemerintah.*
Hadist Nabi
Ada seorang laki-laki yang meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berjihad, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya. َ “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, ‘Ya, masih.” Beliau pun bersabda َ “Maka pada keduanya, hendaklah engkau berjihad (berbakti).’
” Faidah dari hadist ini adalah jihad harus dengan izin pemimpin dan berbakti kepada kedua orang tua juga termasuk jihad.
*Jihad dibagi menjadi 2 :*
1. Jihad Al Taf’i atau Ad Daf’u (bertahan).
Apabila musuh masuk negri islam maka wajib melawannya. Jihad dalam membela harta kita. Nabi pernah berkata, muslim terhadap muslim itu haram. Maksudnya haram adalah haram darahnya, haram menjatuhkan kehormatannya, haram mengambil hartanya. Siapa yang menutup aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya didunia dan diakhirat.
2. Jihad At Thalab (menyerang), hukumnya fardhu kifayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar